Media sekelas Tempo dibungkam oleh warga sipil? Kok bisa?? Ya bisa dong. Kan Tempo hanya media yang punya akses kemana kemari tentu karena labelnya sebagai media yang konon katanya dijamin kebebasan pers-nya.

Namun, dalam hukum, yang berlaku adalah fakta. Jadi meski punya nama besar, sekelas Tempo jelas keok kalau mereka bermain-main dengan penggiringan opini apalagi berbasis hoax.

Ini salah satu contohnya ketika Tempo menuduh Teman Ahok, salah satu grup relawan Ahok menerima dana Rp 30 miliar melalui Sunny Tanuwidjaja dan Cyrus Network, Hasan Nasbi. Ini nih beritanya nya si Tempo, tinggal klik ya.

Tentu kita semua terkaget-kaget ketika berita tersebut muncul, masa iya sekelas relawan Ahok bermain-main dengan para pengembang yang sedang berurusan dengan Pemprov DKI kala itu??! “Apa jangan-jangan, uangnya mengalir ke Ahok juga lagi??”
Tentu pertanyaan tersebut pastilah melintas di benak kita apalagi media sekelas Tempo yang memberitakannya.

Namun apa lacur, ternyata setelah kita telusuri, narasumber yang dijadikan Tempo sebagai acuan untuk tuduhan tersebut ternyata bukan narasumber yang kredible. Adalah Andreas Bertoni yang jadi narasumber.

Yang bersangkutan ternyata mantan karyawan di Cyrus Network dan dipecat karena suka berbohong. Hahahaha !

Dan ternyata yang bersangkutan sekarang kerja pada Sandiaga Uno .Wih…

“Hasan Nasbi dalam akun (Twitter) @datuakrajoangek mengatakan AB sebagai orang yang sering berbohong dan kini bekerja untuk membantu pengusaha Sandiaga Uno”, ini ane kutip dari BBC.

Kemudian, baik Sunny dan Hasan Nasbi sendiri sudah membantah pernyataan Tempo, nih baca aja gan,, klik ya.

Teman Ahok sendiri pun mengakui bahwa uang pemberian Hasan Nasbi hanyalah sekitar Rp 500 juta dan itupun sifatnya pribadi.
"Uang Rp 500 juta pada Juni 2015 itu dari Bang Hasan secara peseorangan, bukan dari Cyrus," kata pendiri Teman Ahok, Singgih Widiastono
Ini ane kutip dari detik.comya gan.

Masih kurang cukup? Ternyata ada yang lebih kacau lagi. Baik Sunny maupun Hasan Nasbi akhirnya melaporkan Tempo ke Dewan Pers. Hasilnya?? Ternyata isi dari Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi dari Dewan Pers menyatakan :

1. Berita “Dari Pantai Mutiara ke Teras balai Kota” melanggar Pasal 3 karena tidak berimbang, tidak uji informasi dan memuat opini yang menghakimi.udul Sampul
2.“Duit reklamasi Untuk Teman-Teman Ahok”melanggar Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik karena memuat opini yang menghakimi.
Ini saya kutip dari seword ya.

Jadi gimana menurut agan sekalian? Kok bisa sekelas Tempo sangat yakin dengan tulisannya, namun ketika berhadapan dengan Dewan Pers, mereka malah keok? Jangan-jangan mereka ada bermain juga lagi dengan model jual beli pemberitaan? Hanya nanya aja ya ane, bukan menuduh.