Jumpa lagi bersama ane raeuki, setelah sebelumnya ane menulis trit tentang SAMURAI yang ternyata masih lumayan banyak pembacanya, terimakasih agan dan sista sekalian atas bintang, cendol serta komentarnya. Dari beberapa komentar ada yang menulis kira-kira seperti ini “gan bahas soal ninja juga donk”. Dan ane pikir sepertinya cukup menarik juga.

Dalam One Piece di Arc Zou, ada adegan Luffy dan nakamanya membayangkan ninja, dalam bayangan mereka ninja itu keren, namun ketika mereka melihat Raizo sang ninja, mereka semua kecewa.

Masashi Kishimoto berhasil membuat kisah ninja indah dalam 'Naruto' yang fenomenal, dan dalam bayangan ane dulu waktu kecil ya ninja sekeren itu. Dan dulu ane bermimpi menjadi ninja sambil berlari dengan tangan di belakang.

Salah satu anime yang berhasil dalam menggambarkan samurai dan ninja dalam satu frame, menurut ane GINTAMA. Gintama meskipun memasukan alien sebagai kiasan untuk bangsa asingnya (barat), penggambaran tokoh samurai dan ninjanya ya bener-bener seperti samurai dan ninja pada masa lalu, terlepas dari kekonyolan-kekonyolan yang ditambahkan. Baiklah karena samurainya sudah ane tulis tritnya, sekarang mari kita bahas tentang ninjanya.

Sulit untuk memastikan kemunculan ninja pertama, yang disebut ‘shinobi’, karena orang-orang di seluruh dunia memang sudah menggunakan mata-mata dan pembunuh sejak dahulu kala.

Dalam cerita rakyat Jepang, ninja dikatakan adalah keturunan iblis yang wujudnya setengah manusia dan setengah gagak. Namun, jelas itu tidak masuk akal, lebih mungkin bahwa ninja adalah orang-orang yang tidak beruntung yang berevolusi sebagai kekuatan yang berlawanan dengan kelas atas sezaman mereka yaitu para SAMURAI di awal periode feodal, abad ke-12 ketika pemerintahan diambil alih oleh Keshogunan (militer). Pada saat itu samurai naik status sosialnya, dan shinobi terbentuk akibat perubahan tersebut, sebagai kekuatan saingan samurai.

Sebagian besar sumber menunjukkan bahwa keterampilan yang disebut sebagai ninjutsu, seni beladiri shinobi (ninja), mulai berkembang antara tahun 600 hingga 900 M. Pangeran Shotoku, yang hidup dari tahun 574 hingga 622, dikatakan mempekerjakan Otomono Sahito sebagai mata-mata.

Pada tahun 907, Dinasti Tang Tiongkok runtuh, dan menjerumuskan negara ke dalam kekacauan selama 50 tahun dan memaksa para jenderal Tang melarikan diri melalui laut ke Jepang di mana mereka membawa taktik pertempuran baru dan filosofi perang ke Jepang.

Biksu Cina juga mulai berdatangan di Jepang pada tahun 1020-an, membawa obat-obatan baru dan filosofi mereka, beberapa dari mereka adalah orang India yang telah berpetualang melalui Tibet dan Cina sebelum tiba di daratan Jepang. Para biksu tersebut mengajarkan metode perang mereka kepada prajurit-biksu Jepang, atau yamabushi, dan ini menjadi cikal-bakal klan ninja pertama.

Selama lebih dari satu abad, perpaduan taktik militer Cina dan pribumi Jepang yang nanti akan dikenal sebagai ninjutsu berkembang sebagai budaya tandingan samurai, namun tanpa aturan. Ninjutsu pertama kali diresmikan oleh Daisuke Togakure dan Kain Doshi sekitar abad ke-12.

Daisuke adalah seorang samurai, tetapi dia berada di pihak yang kalah dalam pertempuran wilayah sehingga ia kehilangan tanah dan gelar samurainya. Biasanya, seorang samurai melakukan seppuku (bunuh diri terhormat samurai) dalam keadaan seperti ini, tetapi Daisuke tidak melakukannya. Ia memilih kehidupan dan berhenti menjadi samurai.

Pada tahun 1162, Daisuke mengembara di pegunungan Honshu barat daya di mana dia bertemu Kain Doshi, seorang biksu-prajurit Tiongkok. Daisuke melepaskan kode bushido-nya, dan bersama dengan Kain Doshi mereka mengembangkan teori perang gerilya baru yang disebut ninjutsu. Keturunan Daisuke menciptakan ninja ryu pertama atau sekolah ninja dengan nama Togakureryu.

Pelatihan awal ninja dimulai dari keluarga mantan samurai yang diwarisakan ilmu dari ayah atau guru (sensei) kepada anak laki-lakinya. Kemudian menjadi keluarga ninja yang terkenal dan menguasai wilayah kecil dan menghasilkan prajurit ninja. Sejak masa kanak-kanak, seorang ninja akan belajar menunggang kuda, berenang, dan menguasai segala jenis senjata.

Ninja terus berkembang dalam bayang-bayang sampai pada abad ke-15 M, beberapa desa kemudian menjadi desa ninja. Beberapa sekolah ninja kemudian mulai menjadi perbincangan dan menjadi terkenal seperti sekolah Iga dan Koga.

Namun bagaimanapun mereka tetap berusaha mempertahankan kemisteriusan mereka, maka semua pelatihan dilakukan secara lisan dan tidak boleh ditulis agar catatan tertulis tidak jatuh ke tangan yang salah.

Seorang ninja dilatih untuk menjadi bugar, mampu berlari cepat, lompat tinggi dan lompat jauh, melemparkan beragam senjata, sehingga ninja mampu lompat dari ketinggian, melintasi parit dan rintangan, menaklukan beragam medan tempur.

Selain itu, ninja juga dilatih untuk bekerja dalam tim sehingga mereka dapat saling mengisi satu sama lain, misalnya untuk menaiki tembok yang lebih tinggi. Ninja juga dapat melempar tali pengait dengan presisi, sehingga bisa bergelantungan dari tempat satu ke tempat lain dan memasuki tempat-tempat tertutup yang sulit ditembus.

Jika ninja ketahuan dalam pengintaian atau pembunuhan, ninja bisa menghambat pengejar dengan melempar makibishi (kumpulan serbuk logam tajam). Ninja juga diajari keterampilan bertahan hidup karena ninja sering bertugas jauh dari wilayah mereka tinggal, cara membaca topografi dan peta, memahami indikasi perubahan cuaca, menggunakan bahan peledak, mengikat tawanan, meracik racun dan saat misi tidak berjalan dengan baik, ninja memiliki seni melarikan diri.

 

Pada abad pertengahan banyak seni bela diri dipelajari dan dipraktekkan, salah satu dari sekian banyak seni bela diri yang ada salah satunya adalah seni bela diri ninja atau ninjutsu, ninja adalah orang-orang yang menguasai ninjutsu. Ninja mulai dikenal secara luas selama periode Edo (1603-1868 M). Namun, ninja sebagai pasukan khusus telah beroperasi sejak sekolah ninja didirikan secara misterius. Pada abad ke-15 M di Periode Sengoku Jidai (Negara Berperang, 1467-1568 M) ketika perang antar daimyo melanda Jepang, ninja menjadi pasukan yang sangat diperlukan untuk melakukan pengintaian.

Ninja kemudian memiliki dua peran utama: sebagai seorang pembunuh dan sebagai mata-mata untuk mengumpulkan informasi tentang pergerakan dan rencana musuh.

Beberapa pemimpin ninja yang disebut jonin merupakan samurai yang dipermalukan seperti Daisuke Togakure yang kalah dalam pertempuran atau ditinggalkan oleh tuan mereka tetapi memilih untuk melarikan diri daripada melakukan ritual bunuh diri (seppuku). Namun, kebanyakan ninja bukan dari kalangan bangsawan.

Selain kelompok ninja terorganisir, ada banyak ninja freelance yang menawarkan jasa mereka kepada penawar tertinggi di masa-masa sulit selama abad ke-15 dan ke-16. Pemimpin yang licik terkadang mempekerjakan ninja untuk menyusup ke kelompok ninja musuh. Oleh karena itu ninja menggunakan sandi tertentu untuk mengetahui apakah ada penyusup di kelompok mereka.

Kebanyakan ninja adalah penduduk desa dan petani yang belajar bertarung dengan segala cara yang diperlukan untuk pertahanan diri mereka sendiri, termasuk cara sembunyi-sembunyi dan penggunaan racun untuk melakukan pembunuhan. Benteng ninja yang paling terkenal adalah Iga dan Koga, yang sebagian besar dikenal dengan tanah pertanian pedesaan yang tenang.

Berbeda dengan samurai, ada ninja wanita yang disebut kunoichi. Kunoichi menyusup ke kastil musuh dengan menyamar sebagai penari, selir, pemusik atau pelayan yang merupakan mata-mata yang sangat sukses dan terkadang bahkan bertindak sebagai pembunuh juga.

Taktik penipuan, penyergapan, dan penggunaan senjata racun, membuat ninja tidak menikmati reputasi tinggi seperti yang diperoleh samurai. Pada periode Edo yang damai dibawah kekuasaan Tokugawa, banyak ninja yang menganggur, karena ninja tidak lagi dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti pada periode sebelumnya sehingga seni bela diri formal ninjutsu dikembangkan untuk melanjutkan tradisi mereka. Pelatihan yang sebelumnya rahasia mulai dibuka, pelatihan boleh ditulis dan dipelajari oleh masyarakat umum.

Para samurai tidak selalu bisa menang dalam perang terbuka, tetapi mereka dibatasi oleh bushido untuk melalukan cara-cara kotor dan licik, jadi samurai sering menyewa ninja untuk melakukan pekerjaan kotor mereka. memata-matai lawan , membunuh lawan diam-diam, atau menyebarkan informasi yang salah, semuanya dilakukan ninja yang disewa tanpa menodai kehormatan seorang samurai.

Sistem ini mentransfer kekayaan ke kelas bawah, karena ninja dibayar mahal untuk pekerjaan mereka. Tentu saja, samurai lawan juga bisa menyewa ninja, dan akibatnya para samurai membutuhkan, membenci, dan takut pada ninja dalam ukuran yang sama.

Ninja ‘kelas tinggi’ disebut jonin, memberi perintah kepada chunin (kelas tengah), yang meneruskannya ke genin, ninja biasa atau kelas rendah. Ini pasti pada tahu di anime naruto pakai istilah ini. Hirarki ini sayangnya masih menyinggung kelas sosial masyarakat yaitu didasarkan pada asal ninja sebelum pelatihan, jadi jika ninja berasal dari mantan samurai dan bangsawan kelasnya akan langsung tinggi ketika selesai pelatihan meskipun pelatihan yang dilakukan sama dengan ninja dari golongan petani, tetapi tidak jarang juga seorang ninja yang terampil dari kelas bawah (petani, pedagang, bandit) naik pangkat jauh melampaui kelas sosial mereka.

Meskipun tidak ada teks abad pertengahan yang benar-benar menjelaskan secara rinci pakaian ninja, penggambaran yang paling umum dalam seni Jepang dari awal abad ke-19 M adalah pakaian serba hitam seperti pada gambar paling atas trit ini. Hitam menjadi pilihan warna yang paling masuk akal karena sebagian besar pekerjaan mereka dilakukan pada malam hari.

Namun, ninja kadang-kadang mengenakan pakaian samurai atau baju besi dari pelat logam yang dijahit pada kain supaya bisa berbaur dengan lingkungan mereka, ninja kadang-kadang menyamar sebagai pengemis, biksu, pemusik, pengembara, pramuria, atau pakaian musuh mereka bila diperlukan.

Pakaian ninja klasik terdiri dari celana panjang, pelindung kaki, jaket, ikat pinggang, penutup kepala dan penutup wajah semuanya terbuat dari bahan lembut yang tidak menghalangi gerakan dan tidak memiliki bagian yang menjuntai yang dapat tersangkut ketika melompat ataupun berlari.

Sepatu ninja yang dikenakan lebih seperti kaus kaki (tabi) dengan jempol kaki terpisah dari jari kaki lainnya dan sol yang diperkuat; sandal tali sederhana (waraji) biasanya dikenakan di atasnya untuk memberikan cengkeraman yang lebih baik saat mendaki.

Senjata utama seorang ninja adalah pedang, sedikit lebih pendek dan tidak melengkung seperti yang digunakan oleh samurai, karena seorang ninja bisa berada di ruang terbatas seperti koridor kastil yang sempit. Agar tidak menghalangi gerakannya, seorang ninja biasanya meletakkan pedangnya bukan di pinggangnya, tetapi secara diagonal di punggungnya.

Selain mahir menggunakan senjata perang Jepang yang umum (pedang, tombak, dan busur) ninja memiliki senjata khusus dan spesial. Ninja membuat model pisau lempar yang unik dan berbeda, pisau lempar yang terbuat dari baja bermata banyak yang kita kenal dengan nama shuriken. Shuriken berdiameter 20 cm dan memiliki setidaknya empat mata pisau yang menjadi senjata ringan, mudah dibawa dalam jumlah banyak serta tidak menghalangi pergerakan.

Ninja dikaitkan dengan kusarigama atau sabit berbentuk bulan sabit. Bilah sabit yang diikatkan pada tiang kayu kemudian disambungkan pada rantai sepanjang 2-3 meter dengan pemberat di sisi lainnya. Ninja akan memegang ujung rantai dan mengayunkannya sehingga dapat menjatuhkan senjata lawan dari tangannya atau menjegal tangan dan kaki lawan dengan rantai.

Beberapa senjata yang biasa dipakai ninja termasuk knuckleduster logam (tekagi) dan cakar tangan (hokode) yang juga berguna untuk memanjat.

Beberapa senjata dan peralatan ninja lain :

Ketika ninja tidak memiliki senjata, seorang ninja dapat menggunakan keterampilan seni bela diri mereka yang tangguh seperti aikido yang menggunakan momentum lawan untuk melempar dan melumpuhkan mereka dengan memberikan tekanan pada titik lemah utama seperti pergelangan tangan dan siku.

Ninja memegang peranan penting selama era penuh gejolak antara 1300-an sampai 1600-an. Dalam suasana perang yang terus-menerus, keterampilan ninja sangat penting bagi semua pihak, dan ninja memainkan peran kunci dalam Perang Nanbukucho (1336–1392), Perang Onin ( 1460-an), dan  Sengoku Jidai atau Periode Negara Berperang, di mana ninja membantu samurai dalam perebutan kekuasaan internal mereka.

Ninja adalah alat penting selama Periode Sengoku (1467-1568), yang mempengaruhi medan perang setiap kelompok yang berperang. Ketika panglima perang Oda Nobunaga muncul sebagai daimyo terkuat dan mulai menyatukan kembali Jepang pada tahun 1551–1582, Nobunaga melihat kubu ninja di Iga dan Koga sebagai ancaman, meskipun Nobunaga dengan cepat mengalahkan pasukan ninja Koga, Nobunaga mengalami banyak kesulitan ketika memerangi ninja Iga.

Pemberontakan Iga adalah peristiwa ketika Nobunaga menyerang ninja dari Iga dengan kekuatan luar biasa lebih dari 40.000 orang. Serangan cepat Nobunaga di Iga memaksa ninja untuk melakukan pertempuran terbuka, dan akibatnya ninja dikalahkan dan melarikan diri ke pegunungan Kii.

Saat markas mereka dihancurkan, ninja tidak lenyap seluruhnya. Beberapa melayani Tokugawa Ieyasu, yang menjadi shogun pada tahun 1603. Periode Edo di bawah Keshogunan Tokugawa dari 1603–1868 membawa stabilitas dan perdamaian di Jepang, mengakhiri kisah ninja.

Dalam mitos dan legenda yang telah ditulis tentang ninja sejak periode abad pertengahan, para ninja yang sangat terlatih sering diberi kemampuan luar biasa, bahkan menjadi manusia super. Beberapa penulis percaya ninja bisa terbang atau mengubah diri mereka menjadi makhluk seperti laba-laba dan tikus, hama semacam itu dikagumi karena kelincahannya tetapi tidak begitu disukai oleh siapa pun.

Ninja tetap menjadi elemen karakter populer dalam film, komik, video game, dan seni bela diri ninjutsu masih dipraktikkan hingga saat ini. Ada juga banyak museum yang didedikasikan sepenuhnya untuk sejarah ninja.

Demikianlah trit ane tentang ninja semoga bermanfaat, KASKUSER BIJAK MENINGGALKAN JEJAK.
Ane @raeukipamit undur diri.

sumber : 1, 2, 3, 4, 5