Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

edi999693Avatar border
TS
edi999693
Taman Bacaan CCPB lanjut cerita
"Kek, apakah menurut kakek, tindakan yang kulakukan ini benar, membawa Gea dan Egi ke dunia ini dan memenuhi takdir mereka sebagai pewaris tombak dan perisai kembar,"kata Tio kepada kakeknya yang duduk di sebelah kanannya. Mereka saat ini sedang berada di hutan. Sementara di sebelah timur, matahari mulai menampakan dirinya. Sebentar lagi hari akan berganti pagi. Tadi Tio sempat bermimpi buruk sekali. Di dalam mimpinya, ia melihat Gea dan Egi di sebuah hutan. Sementara itu tak jauh di depan mereka, berdiri Nyi Demit Ireng dengan senyumnya yang keji. Ia kemudian menyerang Gea dan Egi dengan sebuah jurus. Namun sebelum serangan jurus itu mencapai keduanya, Tio telah terbangun dari mimpinya. Dan ini membuat kakek dan neneknya yang tidur di sebelahnya terbangun, karena tadi ia sempat menjerit. Butuh waktu beberapa menit untuk mengusir mimpi buruk itu dari otaknya.
"Kenapa kau berkata seperti itu?" tanya Raja Karma Jaya sambil menguap dan kening yang mengernyit.
"Karena aku ragu akan kemampuan keduanya."
"Kenapa kau berkata seperti itu, apakah tadi kau bermimpi buruk tentang mereka? Apakah itu yang membuatmu terbangun?" tanya Ratu Darawati beruntun.
"Tidak, bukan itu Nek. Karena menurut pengamatanku selama ini tentang mereka, keduanya tidak terlatih untuk bertempur, keduanya hidup di dunia yang damai," kata Tio berbohong. Entah kenapa ia malas untuk menceritakan mimpi buruk yang dialaminya barusan kepada nenek dan kakeknya.
"Kau sebaiknya jangan berkata seperti itu.Bisa saja apa yang kau katakan salah. Setiap orang harus diberi kesempatan, dan tindakan mu membawa mereka ke dunia ini dalam memenuhi takdir mereka adalah tindakan yang benar."
"Ya, kakek setuju dengan apa yang dikatakan nenekmu."
***

Sinar matahari yang menyilaukan membangunkan empat orang anak dan dua ekor naga yang tidur di tepi sebuah sungai. Keempat anak itu adalah Gea,Egi, Rangga dan Ningsih dan dua ekor naga itu adalah naga Salamanda dan Selmond. Mereka kemudian mandi di sungai. Naga Salamanda dan Selmond berburu udang kecil-kecil yang hidup di dalam sungai. Sementara Gea, Egi, Rangga serta Ningsih saling bermain air.
Selesai mandi, mereka kemudian menyiapkan makanan untuk sarapan. Gea membantu Ningsih menyiangi ikan yang mereka tangkap dari sungai dengan pisau lipat miliknya, sementara Ningsih menyiangi ikan menggunakan pisau lipat milik Egi.  Egi dan Rangga sendiri mengumpulkan beberapa potong ranting dan daun kering yang banyak berserakan di sekitar mereka. Mereka kemudian mengumpulkanya menjadi satu. Setelah itu, Naga Salamanda menyemburkan apinya ke arah tumpukan ranting dan daun kering. Setelah itu mereka membakar ikan yang telah disiangi.Setelah dirasa cukup matang, mereka kemudian memakan ikan tersebut. Secara bergiliran, Gea dan Ningsih menceritakan tentang kejadian mereka diserang oleh buto ijo.
"Untunglah waktu itu Naga Salamanda muncul. Kalau tidak, aku pasti sudah menjadi santapan buto ijo," kata Gea sambil memaskukan sejumput daging ikan bakar ke dalam mulutnya.
"Tapi ini aneh, kenapa Naga Salamanda bisa muncul mendadak begitu," kata Egi menyampaikan rasa keheranan.
"Karena naga memiliki kemampuan yang luar biasa. Ia dapat muncul kapan dan di mana saja jika ia merasakan bahwa penunggangnya dalam bahaya besar. Tak peduli seberapa jauh jarak antara ia dan penunggangnya," kata Rangga mencoba untuk menjelaskan. Selesai makan, mereka kemudian melanjutkan perjalanan.
"Ke manakah kita selanjutnya?"
"Entahlah, kita jalan saja."
"Aku mulai bosan kita berjalan tanpa tujuan seperti ini."
"Kalau kita tak bergerak, maka kita tak akan menemukan yang lainnya."
***

"Baginda, saya menemukan ini di salah satu penginapan di daerah ini," kata seorang prajurit istana bernama Panji sambil menunjukan kepada Raja Karma Jaya sebuah bungkus makanan dari plastik. Mereka saat ini berada di daerah Wardayan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak. Panji dan pasukan istana yang lainnya memang ditugaskan oleh kakek untuk memeriksa setiap bagian dari bangunan di daerah ini. Ini dilakukan agar tidak ada mata-mata atau musuh yang bersembunyi di salah satu bangunan tersebut. Raja Karma Jaya kemudian mengambil bungkusan itu dari tangan Panji.
"Apa ini?" tanya Raja Karma Jaya mengamati bungkus plastik tersebut.
"Itu adalah bungkus yang biasa digunakan untuk membungkus makanan. Pasti Gea atau mungkin Egi pernah sampai kemari,"kata Tio menjelaskan.
"Kami juga menemukan beberapa jejak kaki raksasa,"kata Panji lagi. Lalu ia mengantar mereka ke tempat ia dan teman-temannya menemukan jejak kaki raksasa dan bungkus makanan tersebut.
"Kami menemukan bungkus makananya di situ," kata Panji sambil menunjuk sebuah bangunan yang merupakan sebuah penginapan tak jauh di depan mereka. Raja Karma Jaya memperhatikan jejak kaki raksasa di sampingnya.
"Kurasa temanmu itu sempat diserang oleh buto ( raksasa), tapi mereka sempat melawan dan berhasil meloloskan diri,"kata Raja Karma Jaya berusaha menyimpulkan.

Lagi-lagi nggak bisa di post, jadi saya kasih judul aneh seperti itu. Judul Asli: Sebuah Petunjuk

seabiscuit
NadarNadz
tonyahmadfav602
tonyahmadfav602 dan 4 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan