Serangkaian serangan denial-of-service (DDoS) menyerang sebuah perguruan tinggi AS yang berlangsung selama 54 jam berturut-turut. Dalam serangan mereka, penyerang menggunakan varian baru malware Mirai. Selama serangan tersebut, rata-rata arus lalu lintas yang diukur adalah 30.000 RPS (Permintaan Per Second), dan puncak tertinggi berada di 37.000 RPS. Perusahaan mitigasi DDoS Imperva Incapsula mengatakan bahwa itu adalah yang paling tinggi yang mereka lihat dari varian Mirai sejauh ini. Mereka melaporkan bahwa serangan tersebut menghasilkan lebih dari 2,8 miliar permintaan traffic.

Kelompok Shadow Breakers baru muncul pada musim panas 2016 lalu, setelah melakukan hacking pada National Security Agency (NSA) dan kemudian membocorkan alat dan eksploitasi hackingnya. Eksploitasi tersebut kemudian digunakan oleh peretas dan penjahat dunia maya untuk menyebarkan malware WannaCry, Bad Rabbit, dan Petya. Namun, kelompok tersebut kembali beraksi lagi dan membocorkan eksploitasi Windows. Menurut New York Times, NSA telah "menyusup secara mendalam" selama bertahun-tahun, terutama setelah The Shadow Brokers melakukan pembobolan data besar-besaran terhadap infrastrukturnya. Pada tanggal 31 Mei 2017, para periset mengidentifikasi sebuah insiden di mana seorang hacker mencuri 19 juta catatan pemilih California setelah memegang database MongoDB dengan harga tebusan 0,2 bitcoin. Data yang dicuri termasuk nama, kota, nomor telepon, alamat rumah, status pemungutan suara, email dan data pribadi lainnya.

Serangan ransomware WannaCry adalah salah satu serangan cyber paling kuat yang pernah disaksikan dunia online. Infeksi WannaCry berawal dari United Kingdom's National Health Service (NHS) pada 12 Mei 2017 dan menguasai 200.000 perangkat berbasis Windows yang sudah expired di 150 negara. Untuk membuka komputer mereka, penyerang meminta $ 300-600 uang tebusan dlam bentuk Bitcoin dari para korban. Walaupun Amerika Serikat menyalahkan Korea Utara karena menyebarkan uang tebusan, namun tidak ada bukti substansial. Tetapi, siapa pun yang berada di balik serangan WannaCry tersebut, menggunakan alat hacking NSA yang dibocorkan oleh kelompok Shadow Brokers, sebuah grup hacker yang masih misterius.

Pada bulan Juni, malware worm wiper Petya menginfeksi sektor bisnis Ukraina, badan periklanan Inggris WPP, FedEx, perusahaan pelayaran Denmark Maersk, raksasa gas Rosneft dan perusahaan minyak Rusia. Malware ini juga menggunakan alat hacking milik NSA yang dibocorkan oleh Shadow Brokers. Korban utama malware Petya adalah FedEx yang pada bulan September mengungkapkan bahwa mereka kehilangan 300 juta dolar akibat serangan tersebut, sementara TNT harus menunda operasinya.

Perusahaan Kredit Konsumen Equifax mengalami pembobolan data yang sangat besar dimana data pribadi sebanyak 143 juta orang Amerika dicuri. Ini berarti lebih dari 40% dari seluruh populasi Amerika Serikat yang memiliki informasi tersebut Data yang dicuri mencakup nama, ulang tahun, alamat, nomor SIM, data kartu kredit dan termasuk nomor jaminan sosial (SSN). Perusahaan Equifax mengumumkan insiden tersebut pada korban dan media pada tanggal 8 September.

Sepertinya tahun 2017 adalah tahun yang buruk bagi Home Box Office (HBO), karena bulan Juli lalu seorang hacker Iran dilaporkan telah mencuri data perusahaan besar ini, termasuk episode Game of Thrones yang belum pernah dirilis, Curb the Enthusiasm and Insecure dll. Peretas juga mencuri data pribadi milik Vivaldi Eisenberg, Executive Vice President Legal Affairs Network HBO, yang kemudian membocorkannya secara online. Data mencakup email dan password untuk akun media sosialnya, bank, kantor dan universitasnya.

Raksasa media sosial untuk Amerika Latin Taringa mengalami pembobolan data di mana 28 juta akun dicuri dan bocor secara online. Data termasuk nama pengguna, alamat email, dan kata sandinya dilengkapi dengan algoritma MD5. Perusahaan tersebut mengakui hack tersebut namun tidak mengklaim nomor telepon dan alamat dompet Bitcoin telah dicuri.

Pada bulan September, perusahaan raksasa cybersecurity Avast mengungkapkan bahwa anak perusahaannya CCleaner telah diretas oleh hacker yang tidak dikenal yang menginfeksi servernya dengan backdoor yang berdampak pada 2,27 juta pengguna. Para periset memastikan bahwa versi berbahaya CCleaner sedang di-host langsung di server download CCleaner.

Perusahaan keuangan Cryptocurrency NiceHash mengumumkan bahwa perusahaan mereka telah diretas hingga mengakibatkan kerugian lebih dari $ 70 juta dari dompet perusahaan. Dalam kejadian tersebut, hacker mengosongkan seluruh dompet Bitcoin. Akibatnya, CEO NiceHash yang juga sekaligus Co-Founder, Marko Kobal, harus mengundurkan diri dari jabatannya.