RUWAT BUMI mempunyai filosofi mendalam, mengungah kesadaran kita sebagai manusia untuk mampu merawat bumi, alam, sungai, sehingga alam dapat hidup berdampingan dengan harmoni.

Palang Merah Indonesia (PMI) dengan dukungan Palang Merah Amerika (Amcross) bekerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Bogor dan Jakarta Utara, serta komunitas Ciliwung dan Masyarakat, menggagas RUWAT BUMI, dalam momentum peringatan Hari Bumi, 22 April, melalui kegiatan peduli Ciliwung melalui susur sungai dan aksi bersih sungai.

Kegiatan ini merupakan satu rangkaian dengan kegiatan lauching dan diskusi publik hasil penelitian Kerentanan Bencana Iklim di DAS Ciliwung yang telah diselenggarakan pada tanggal 22 April 2016, dan merupakan salah satu bentuk advokasi PMI melalui aksi nyata PMI dan Masyarakat untuk mengugah kesadaran dan kepedulian pemangku kepentingan dan masyarakat untuk menjaga bumi, Ciliwung dan ekosistemnya.

Tren kerentanan bencana iklim. Kecenderungan kerentanan bencana iklim, sebagai dampak perubahan iklim, meningkat setiap saat. Bencana banjir, tanah longsor, kenaikan muka laut, penurunan muka tanah, dan kurangnya ketersediaan air tanah akibat ekploitasi sumber daya alam serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap alam, lingkungan sekitar, perilaku membuang sampah sembarangan. Jakarta dan wilayah penyangga sekitarnya seperti Depok, Bogor, mempunyai tingkat kerentanan bencana iklim yang cukup tinggi. Permasalahan perkotaan yang kompleks seperti kepadatan penduduk, zonasi tata ruang, ketersediaan infrastruktur dasar serta isu social lainnya menambah tingkat kerentanan Masyarakat.

Sungai Ciliwung, merupakan satu dari 13 sungai besar yang melintasi Jakarta dan wilayah penyangga. Kondisi Sungai Ciliwung, semakin hari semakin memprihatinkan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dipenuhi oleh pemukiman padat, aliran air yang tercemar limbah padat atau cair dari industri maupun rumah tangga, membuat beban ciliwung semakin padat, dan aliran sungai tersendat. Ciliwung dulu yang asri, hijau, ramah, kini berbeda, semakin gersang, kotor dan garang.

Mandat PMI. Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai organisasi kemanusiaan yang mempunyai fungsi sebagai pendukung pemerintah untuk membantu tugas-tugas khusus seperti pelayanan darah, kesehatan dan tanggap darurat bencana sesuai dengan mandat yang dimiliki, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir fokus pada upaya membangun kesiapsiagaan dan ketangguhan bencana Masyarakat.

Program PERTAMA. PMI dengan dukungan Palang Merah Amerika (Amcross) menginisiasi Program Pengurangan Resiko Terpadu Berbasis Masyarakat (PERTAMA) di wilayah perkotaan, yang telah yang dimulai sejak tahun 2012 hingga nanti 2017. Program PERTAMA di wilayah perkotaan fokus dalam meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat di sepanjang DAS Ciliwung khususnya di dua wilayah, yaitu Kabupaten Bogor (Desa Sukahati, Karadenan, Pondok Rajek, Kedung Waringin, Kedung Waringin) dan Jakarta Utara ( Kelurahan Ancol, Penjaringan dan Pademangan) melalui kegiatan pelatihan Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT), penilaian ancaman, kerentanan dan kapasitas, perencanaan aksi Masyarakat, upaya peningkatan kesadaran Masyarakat, dan mitigasi structural skala kecil.

Kegiatan susur sungai Ciliwung dilakukan di dua tempat terpisah yaitu dari Kelurahan Karadenan sampai dengan Pondok Rajeg di Kabupaten Bogor dan dari RW 4 Ancol sampai dengan RW 1 Ancol, sekitar 1,5-2,5 jam perjalanan menggunakan perahu karet. Perahu karet melintasi beberapa titik kegiatan yang diinisiasi dalam Program PERTAMA seperti pembuatan lubang biopori, pembuatan taman vertical, percontohan unit pengolahan sampah dan bank sampah, pembuatan taman terbuka hijau dan upaya peningkatan kesadaran Masyarakat melalui edukasi Masyarakat dan siswa sekolah.

PMI bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat, perusahaan swasta, media, pemangku kepentingan lain, komunitas peduli Ciliwung dan elemen Masyarakat di wilayah kabupaten Bogor dan Jakarta Utara.

Untuk sosialisasi kegiatan, PMI bekerjasama dengan komunitas blogger, tim social media PMI dan media partner.

Apa kontribusi nyata yang dapat dilakukan Masyarakat untuk mengurangi dampak kerentanaan iklim?

Melalui kegiatan ini, diharapkan sebagai Masyarakat, kita dapat berkontribusi dalam upaya merawat bumi, alam dan sungai secara nyata. Sebagai komponen Masyarakat, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan 1) Tidak membuang sampah disungai; 2) Melakukan pemilihan sampah dan mengelola sampah secara mandiri; 3) Menanam pohon dan memperbanyak lubang biopori untuk perluasan daerah resapan air; 4) Melakukan pembersihan sungai dan saluran air secara rutin; tidak mendirikan bangunan di pinggir aliran sungai; dan 5) latih kesiapsiagaan diri dan masyarakat secara mandiri.