Sebelumnya ane ucapin terima kasih sudah mampir thread ane. Ane juga minta maaf kalau ane salah kamar. Sebelumnya ane mau post di forsup. tapi setelah ane pikir-pikir, mungkin lebih baik ane post di mari deh. The lounge kan banyak pembacanya (meski kadang komentarnya suka OOT) Siapa tau ane dapet jawaban atas apa yang jadi ganjalan di benak ane.
Ini cerita ane tentang kakak sepupu ane. Sebut saja namanya Ahmad. Ahmad ini adalah anak pertama dari budhe (kakak ayah ane). Budhe dan pakdhe menikah selama 15 tahun dan belum dikaruniai putra. Namun Allah ternyata menghendaki lain. Di usia perkimpoian mereka yang ke 15, mereka dianugerahi anak lelaki. Mas Ahmad ini usianya 4 bulan lebih tua daripada ane.
Meski tidak tinggal berdekatan, hubungan ane dengan mas Ahmad ini begitu dekat. Setiap minggu Budhe dan mas Ahmad mengunjungi kami, atau kami yang berkunjung ke rumah mas Ahmad. Kami bermain bersama, mandi bersama, makan bersama, bercerita tentang sekolah masing-masing, dan segala hal yang lazim dilakukan anak seusia kami. Mas Ahmad termasuk anak yang cerdas. Dia selalu dapat rangking pertama selama duduk di bangku sekolah dasar. Dan mengingat Budhe begitu sulit mendapatkan mas Ahmad dulu, Budhe jadi overprotective padanya. Meski begitu, ane nggak pernah melihat mas Ahmad sedih, murung, atau stress. Meski overprotective, semua keinginan dan kebutuhan mas Ahmad selalu dipenuhi oleh Budhe dan Pakdhe. Tapi itu semua tidak menjadikan mas Ahmad manja atau sombong.
Quote:
Tahun 2005
Kejadian bermula saat kami menginjak bangku SMP. Mas Ahmad pernah bercerita pada ane kalau dia ingin masuk sekolah X. Tapi karena jaraknya cukup jauh dari rumah, Budhe melarang dan mendaftarkan mas Ahmad di sekolah Z yang lebih bagus dan lebih dekat dengan rumah. mas Ahmad pun akhirnya menuruti perintah Budhe. Seperti biasa, mas Ahmad cepat dapat teman baru karena sikapnya yang begitu baik dan ramah, dan juga karena kecerdasannya. Mas Ahmad juga tetap mendapat rangking di SMP tersebut. Dalam waktu dekat, dia menjadi bintang sekolah dan menjadi sorotan guru dan teman-temannya. Nah, setelah sekolah berjalan hampir setahun, tiba-tiba mas Ahmad pulang sekolah dalam keadaan aneh. Dia seperti orang linglung. Pas ditanya Budhe, dia malah jawab “Aku nggak mau sekolah”. Nah Budhe ane kaget dong. Nggak ada angin nggak ada hujan kok anak kesayangannya jadi begini. Budhe konfirmasi ke sekolah mas Ahmad, nanya guru-guru dan temen sekelasnya buat ngecek apa ada hal yang terjadi sama mas Ahmad selama di sekolah. Apa ada kasus seperti bullying atau kekerasan fisik. Tapi itu semua tidak terjadi. Pada hari di mana mas Ahmad pulang dalam keadaan bingung, dia melakukan aktivitas di sekolah seperti biasanya
Sejak itu, mas Ahmad mengunci diri di kamarnya. Tanpa makan, tanpa minum, tanpa buang hajat. Kejadian itu berlangsung sekitar 3 hari. Semua orang berusaha membujuk mas Ahmad untuk membuka pintunya, tapi tidak ada jawaban. Beberapa orang berusaha mendobrak pintu kamar mas Ahmad, tapi seperti ada beban di balik pintu yang membuat pintu itu menjadi berat. Akhirnya di hari ketiga, Budhe nangis di depan kamar sambil bilang, “Le, buka pintunya. Ini ibu. Ibu mau masuk, Nak,”. Nah setelah itu pintu dapat terbuka dengan mudah.
Kondisinya waktu itu, kamarnya begitu gelap dan pengap. Mas Ahmad sedang tidur di kasur menghadap tembok, dengan kedua telapak tangan terkepal kuat, mata terpejam rapat, bibir tertutup kuat namun tersenyum. Badannya berkeringat dingin dan menggigil. Wajar saja, sudah 3 hari dia tidak makan dan minum. Semua orang berusaha membujuk mas Ahmad untuk makan, tapi mas Ahmad marah dan menampik piring yang disodorkan padanya.
Tepat di hari ketujuh setelah mas Ahmad mengunci diri di kamar, dia tidak ingin ditemui siapapun kecuali oleh Budhe, Pakdhe, dan saya. Jika ada orang lain yang ingin menemuinya, dia akan marah dan membanting pintu. Dan selama tujuh hari ini, mas Ahmad sama sekali tidak makan, minum, atau buang hajat. Badannya kurus dan selalu menggigil. Di hari ke delapan, mas Ahmad mulai minta makan. Dengan syarat makanan tersebut bukan masakan ibunya, dan ia minta makanannya ditaruh di depan pintu kamarnya. Kami menuruti permintaannya. Anehnya, setiap kali Budhe diam-diam meletakkan masakannya di depan pintu kamar, mas Ahmad selalu tau dan membuang makanan itu. mas Ahmad hanya mau makan yang dimasak tangan orang lain. Kejadian ini berlangsung hingga setahun.
Oh ya, keluarga besar kami selalu membujuk Budhe untuk membawa mas Ahmad ke rumah sakit jiwa atau ke Kyai. Tapi Budhe dan Pakdhe menolak. Entah apa alasannya.
Quote:
Tahun 2006
Mas Ahmad masih tidak mau makan makanan yang dimasak oleh tangan ibunya. Tapi kalau dia tidak ingin makan, makanan itu dibiarkannya di depan pintu kamarnya hingga berhari-hari. Mas Ahmad tetap tinggal di dalam kamar, dan hanya keluar untuk buang hajat jika seluruh penghuni rumah sedang tertidur. Dia tidak ingin kamarnya dipasang lampu dan selalu marah jika jendela kamarnya dibuka. Oh ya, dan sudah setahun ini mas Ahmad tidak melakukan ibadah. Nggak pernah sholat, puasa, atau mengaji.
Di dalam kamar mas Ahmad ada sebuah TV, yang hanya dinyalakannya ketika tengah malam, ketika seluruh program TV sudah habis. Ane masih mengunjunginya tiap minggu, untuk bercerita banyak hal. Mas Ahmad selalu mendengarkan ane bercerita, menatap ane dalam-dalam dan selalu tersenyum pada ane. Meski ane tau, mungkin mas Ahmad nggak paham sama yang ane ceritakan. Tapi ane percaya, Allah akan menunjukkan jalanNya.
Quote:
Tahun 2008
Setelah 3 tahun mengunci diri, mas Ahmad mengalami beberapa kemajuan. Di antaranya adalah mas Ahmad sudah mau ditemui keluarga yang lain, meski kalau mau ketemu mas Ahmad ya harus ke kamarnya yang gelap itu. Mas Ahmad sudah bisa berkomunikasi, meski pertanyaannya selalu diulang-ulang. Misal, dia tanya, “Ini kue kamu yang bikin?”. Nah setelah ane jawab, dan ane cerita tentang topik lainnya, dia mangut-mangut sambil tersenyum dan nanya lagi, “Ini kue kamu yang bikin?”. Ane bener-bener prihatin sama kondisi kakak ane.
Kemajuan lainnya adalah mas Ahmad sudah mulai mau makan masakan ibunya. Tapi anehnya, nafsu makan mas Ahmad jadi sangat tidak terkontrol. Dalam sekali makan, dia bisa menghabiskan sebakul nasi, 10 potong ayam goreng, dan minum banyak sekali. Apalagi dalam sehari, dia bisa makan lebih dari 3 kali.
Kemajuan lainnya adalah mas Ahmad sudah mulai sholat lagi, meski jadwal sholatnya tidak tentu. Kadang dia sholat jam 10 pagi, padahal subuh dan dzuhur terlewat. Kadang semalam suntuk mas Ahmad tidak tidur hingga siang untuk mengaji dan mengkhatamkan 30 juz AlQuran. Di bulan Ramadhan, mas Ahmad juga sering tidak puasa. Tapi kalau malam disuruh makan, dia tidak mau karena beralasan sedang puasa. Jadi ibadahnya suka-suka dia. Kami tidak mengingatkan karena mas Ahmad marah jika diingatkan.