Zat kimia beracun berdampak buruk bagi kesuburan pria. Itulah hasil studi selama 4 tahun terhadap 501 pasangan yang dimuat di dalam jurnal Fertility and Sterility.

Studi yang dilakukan tim ilmuwan dari National Institute of Child Health and Human Development tersebut mendapati bahwa zat yang paling berbahaya adalah phthalate , senyawa yang membuat plastik lebih fleksibel. Phthalate masuk ke dalam kelompok senyawa industri yang dikenal sebagai pengganggu endokrin , sistem yang mengatur produksi dan distribusi hormon dalam tubuh.

Sebelumnya , phthalate telah ditenggarai mengakibatkan sejumlah masalah kesehatan , seperti cacat lahir , kanker , dan diabetes. Namun , dampak mereka terhadap sistem reproduksi manusia dianggap paling mencemaskan. Dalam 2 dekade terakhir , semakin banyak hasil studi yang menunjukkan bahwa phthalate bisa merusak sistem reproduksi pria dengan mengacaukan pengoperasian androgen , seperti testosterone , yang memegang peran kunci dalam perkembangan pria.

Solusinya tidak semudah menyingkirkan phthalate , karena ragamnya yang begitu banyak. Zat kimia tersebut tidak hanya digunakan untuk plastik dan kosmetik , tapi juga dalam pengemasan , tekstil , deterjen , dan berbagai produk rumah tangga. Phthalate juga ditemukan dalam mainan anak (yang sudah dilarang oleh pemerintah AS pada 2008).

Namum , tidak seperti zat kimia lain - seperti timah dan kadmium - yang cenderung menumpuk di tubuh , phthalate bisa bermetabolisme dalam beberapa jam. Karena itu , dampak mereka sebenarnya tidak akan terlalu besar seandainya kita tidak terus-menerus terpapar dari berbagai sumbernya.

Sifat sementara dari senyawa ini berarti kita cukup membatasi konsumsi phthalate. Contoh , hindari memanaskan makanan atau minuman di dalam wadah plastik. Anda juga bisa memilih kosmetik dan produk perawatan diri yang tidak mengandung phthalate dengan membaca labelnya.